Sabtu, 11 April 2015

Jangan samakan payTren dengan MLM laen.

Sampe kapan bisnis ini bisnis itu, setoran kita selalu ke segelintir orang. Bangun dong ah........

Mikir. Gerak. Open mata, open telinga. OpenMind
PayTren bukan money game . Gabung sekarang
sebelum terlambat. Ga usah maki2, mencibir, do
your best aja. Fee buat saya itu, yang saya bikin
berjenjang.

Saya mah ga terlalu rela bisnis payment dikuasai
segelintir orang aja atau segelintir perusahaan.

Dari arah grogol, ke arah semanggi, ada bilboard
gede banget, iklan dari 1 perusahaan ritel. Yang
outletnya di atas 7rb-an.
Mereka bukan lagi ngiklanin produk2 outletnya.
Sama sekali engga. Yg diiklanin adalah mereka
siap nerima pembayaran apapun dari kita.

Dulu 2 brand yang outletnya mencapai 14rb-an,
"malu2" menyatakan nerima pembayaran apapun.
Hanya ditempel kertas saja di depan pintu mereka.

Sekarang malah saya sempat liat mereka pasang
iklan rutin, saban hari di koran besar, koran
nasional, iklan yang dah ga malu2 lagi.
Apa yang diiklanin? Ya itu, mereka siap jadi
tempat pembayaran listrik, pulsa, air, tiket kereta,
bus, pesawat, dll.
Dapat apa mereka? Koq mau ngurus pembayaran2 kawan2? Dapat fee.
Nah, saya juga urus ini. Outlet saya, adalah sodara/i semua.

Ga usah marah. Harusnya
seneng. Ada orang yang paham bisnis ini, malah
membagi kesempatan.

Dulu orang beli pulsa ke outlet pulsa, yang untung
hanya perusahaan pulsa dan outlet. Sekarang,
yang beli pun untung. Ada cashback.

Lebih baik pelajari dulu, baru ambil kesimpulan.
Jangan nyamain dengan money game, apalagi
MLM tipu2. Jangan kelewatan ah jadi orang. Ga
baik.

Di PayTren, kalo pun ga nyari member, pake aja
sendiri. Wong jualan loket token PLN, pulsa, dan
pembayaran2. +jualan habbats+propolis.

Nyari member, gabung di PayTren, ibarat buka
loket2 di banyak tempat. Hanya tidak berbentuk
fisik. Bentuknya software.

Cukup pake gadget aja.
Mahasiswa mau jual pulsa di kampus, dulu ya
harus sewa kios, pasang meja, dll. Sekarang ga
perlu. Pake gadget di tangan saja.

Dia dah buka di kampus dia, mau buka di kampus
lain, sewa lagi, pasang meja lagi. Dengan PayTren, ga usah. Ajak gabung aja kawan di
kampus lain.

Liat iklan bank2. Banyak yang tidak lagi
mengiklankan nyari nasabah/tambah saldo. Tapi
tingkatkan transaksi Anda.

Selain industri ritel, dunia perbankan pun
mendorong sodara/i semua melakukan transaksi
di bank mereka. Lah, emang ga nyium peluang?
Kalo saya, nyium banget. Koq mereka mau ya
jadi loket pembayaran? Koq mereka ngejar
transaksi2 pembayaran listrik, pulsa, dll?
Itu tanda pasti ada bisnis super besar di balik
bisnis transaksi2 pembayaran.

Masa rela mereka
doangan? Apalagi per tahun, 350T.
Masa ga mau ikutan PayTren? Fee mereka ya
buat mereka sendiri, dengan jaringannya. Kalo
saya, saya bagi buat yang mau jadi jaringan
saya.

Saya mikirnya Merah Putih aja. Bagi saya, MLM
ga harus selalu negatif. Yang negatif, yang tipu2.
Yang ga jelas.

Saya kebanyakan gerakannya ya? Kebanyakan
aktifitasnya? Kayaknya ga. Bisa jadi kawan2 yang
kebanyakan diemnya. Ga mikir2, ga gerak2. *kali
loh ya.

Saya mikir terus, gerak terus. Sebentar lagi
masuk di industri travel dan asuransi. Pelan2
semua dibesarkan. Besarnya? bareng dengan
sodara/i semua.

Saya ga pengen besar sendiri. Pengennya ngajak
yang lain. Jadi kata siapa MLM itu identik dengan
money game? Pelajari dulu, dan malah gabung
aja.

Coba ya, 1 bank bisa ngejanjiin ngasih range
rover, mercy, trip keluar negeri, dll. Bagi siapa?
Bagi mereka yang mau transaksinya pake
mereka.

Bahkan ada 1 bank besar, yang nancepin dirinya
di iPhone. Keren. Tapi kitanya ga keren. Giliran
ada anak bangsa yang berbagi, dicurigain terus.

Kenapa mereka bisa ngejanjiin hadiah gede2
begitu? Sebab emang gede. 1 PPOB konvensional
aja, punya kawan saya, setor ke 1 bank, 1T/ tahun.

Sampe kapan bisnis ini bisnis itu, setoran kita
selalu ke segelintir orang. Bangun dong ah. Mikir.
Gerak. Open mata, open telinga. OpenMind.

Distribusi buku, dikuasai siapa? Kawan2 tau
sendiri. Fee nya buat siapa? Buat mereka lah.
Bahkan ketika kawan2 mereferensikan, dapat ga?
Engga.
( baca: Kultwit saya tentang MLM http://goo.gl/SPORF6 )

Jangan kan ngereferensiin, sampe nemenin ke
toko buku pun, ga bakalan dapat fee apa2. Itulah
penjualan konvensional. Tapi di MLM engga gitu.

Terhadap MLM tepu2, saya 1 suara. Hindari. Tapi
terhadap PayTren, PayTren the best MLM saat
ini. Normal, wajar, ga ada transaksi yang di-up,
dan peluang bareng2.

Kalo buku di MLM-in, maka fee buat toko buku
yang sampe 50% dari harga buku+biaya distribusi,
itu yang dibagi ke member2.
Hadiah2 range rover, mobil2 lain, rumah, trip ke
LN, kalo di PayTren, jadi reward. Ini bukan sama.
Ini hebat. Fee saya, dibagi ke banyak orang.

Bisa ga sih saya buka loket2 konvensional, di
seluruh kota? Melayani pembayaran2 listrik,
pulsa, dan pembayaran2 lain? Bisa banget. Tapi
saya ga begini.

Saya ga mau kaya sendirian. Sama ketika saya
bangun hotel. Kalo saya minjem ke bank, ya saya
doang yang jadi pengusaha. Penabung tetap penabung.

Saya muncul di saat yang tepat sebenarnya. Tepat pas kawan2 curigaan, he he he. Ga ya?

Tepat di saat banyak yang rindu ada yang berdiri
ga egois. Fee referensi itu harus ada. Bayangkan saja
membangun outlet2. Itu kan cost yang dipotong.
Makanya open-mind. Pelajari yang benar.

Tapi ya saya ga maksa. Bahkan kalau pun dicaci
maki, dituding begini begitu, sejarah dan waktu
nanti akan membuktikan.

Jika sebagian kecil akan melihat kehancuran
saya, berdoa melalui keyakinannya yang jelek,
saya yakin sebagiannya lagi ga begitu.

Kayak yang ikut PU dulu. Mereka kelak akan
benar2 menikmati Patungannya. Sekarang emang masih terus disempurnakan sesuai dengan
keinginan OJK.

Tapi sekali jalan benar, sesuai regulasi, saya akan
membuktikan bahwa konglomerasinya, bukan
pribadi. Tapi konglomerasi masyarakat. You will
see.

Tetap harus hati2 sama MLM. Itu wajar. Bahkan
kudu. Tapi sekali lagi, PayTren itu beda. Learn it,
'n gabung it, he he he.
Bagi yang menganggap tweet ini jadi tweet bisnis,
agaknya perlu mengenal saya lebih jauh.

Saya dah bilang, kalo emang mau bisnis, konvensional
aja.

Saya jadi bank saja, jadi outlet2 ritel saja, jadi
pengusaha saja. Ini ga begitu. Beda. Banget2 beda.

Tweet dakwah, banyak juga koq. Bacanya aja
yang rajin. Semalam aja ga ada sama sekali
tweet bisnis. Tweet pintu. Pengalaman pribadi
saya.

Harusnya nyaman. Tweetnya bukan tweet
ngomongin orang. Tweet ngomongin bisnis. Ga
suka pun ga dosa. Tapi kalo tweet ghibah? Dosa
udah kepo.

Saya ga ngejelekin brand orang loh ya. Saya
ngasih contoh. Saya ga sebut koq brandnya.
Ngajar cara berpikir.
Outlet2 ritel hadir untuk membantu UKM.
Nyatanya? Masih perlu dipertanyakan. Wong di
antara mereka akhirnya bikin brand produk sendiri
koq.

Ayo lah. Negeri ini dah kebanyakan dinikmati
segelintir orang. Kita ga isengin orang. Hanya, ya
jangan semua dong. Bangun, mikir, gerak.

Mau gabung PayTren? Klik 

www.leadersuksespaytren.com/khusen

web pusat
www.paytren.co.id

Selamat bergabung ya. Welcome 'n join us.
Keagresifan pebisnis ritel dan perbankan, kudu
diapresiasi dan ditiru. Betapapun, itu adalah
pengajaran riil dari "how to nangkep opportunities".
( baca: How to Read Peluang... How to Nangkep
it... En... How to Maksimal it http://goo.gl/HhDCVT)

Kitanya aja yang jangan jadi the looser. Ngiri
doang tanpa berbuat. Toh industri ritel yang 2
brand itu dah 14rb outlet, sisi baiknya, lapangan pekerjaan.

Dunia perbankan pun sisi positifnya, menawarkan
kemudahan, dan kenyamanan. Maka, fastabiqul
khairat lah. Berlomba2 dalam kebaikan.

Dikutip dari kultwit Ust. Yusuf Mansur
(28/09/2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar